TUGAS MAKALAH PENGETAHUAN LINGKUNGAN
“DAMPAK DARI PENANGGULANGAN SAMPAH PLASTIK
BAGI LINGKUNGAN”
Disusun
Oleh:
Nama
: Maulana
NPM
: 35413348
Kelas
: 3ID02
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lebih dari 1
triliun kantong plastik digunakan setiap tahun di seluruh dunia. Sekitar 2 juta
kantong plastik digunakan setiap menit di seluruh dunia dan sekitar 32 juta ton
sampah plastik dihasilkan setiap tahunnya, mewakili 12,7% dari total limbah
padat. Menurut Riset Greeneration, 1 orang di Indonesia rata-rata
menghasilkan 700 kantong plastik per tahun. Manajemen sampah yang buruk,
terutama di negara-negara berkembang, menjadi salah satu pemicunya. Di negara
seperti Indonesia contohnya, angka pendaurulangan sampah termasuk rendah yakni
di bawah 50 persen. Kesadaran untuk tidak membuang sampah sembarangan juga
masih memprihatinkan. Tidak heran jika kemudian sampah mudah ditemui di
Indonesia yang dapat dilihat di selokan, jalanan, sungai, dan kali.
Pembuangan
sampah-sampah plastik kepada lingkungan telah menambah tingkat kesengsaraan
alam. Lebih dari 75.000 bahan kimia sintetis telah dihasilkan manusia dalam
beberapa puluh tahun terakhir. Sebagian besar dampak yang diakibatkannya memang
berdampak jangka panjang, seperti kanker, kerusakan saraf, gangguan reproduksi
dan lain-lain. Sampah plastik terbuat dari bahan anorganik. Bahan-bahan
anorganik tersebut sangat sulit dan tidak mungkin diuraikan oleh bakteri
pengurai. Apabila ditimbun dalam tanah untuk menguraikannya butuh waktu berjuta-juta tahun. Dan apabila dibakar
hanya akan menjadi gumpalan dan butuh waktu lama untuk mengurainya yang akan
menyebabkan terjadinya pemanasan global yang berdampak pada kehidupan manusia
itu sendiri.
Berdasarkan
permasalahan tersebut, dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai penanggulangan
sampah plastik bagi lingkungan khususnya pada dampak yang dihasilkannya. Dengan
harapan penulis maupun pembaca dapat mengurangi penggunaan plastik, mengetahui
dampak bagi lingkungannya dan mengetahui solusi untuk menanggulangi ataupun
mengolah sampah plastik tersebut.
1.2 Perumusan Masalah
Perumusan
masalah merupakan suatu proses pembuatan pembatasan permasalahan agar masalah yang
dibahas tidak terlalu luas dan dapat difokuskan pada satu permasalahan. Perumusan masalah pada makalah ini yaitu bagaimana cara
mengetahui pengertian dari sampah, terutama sampah plastik dan bagaimana
sejarahnya, bagaimana cara mengetahui jenis-jenis plastik yang digunakan,
bagaimana cara mengetahui jenis-jenis sampah, bagaimana cara mengetahui dampak
dari sampah plastik bagi lingkungan dan kesehatan dan bagaimana cara mengatasi
ataupun menanggulangi sampah plastik.
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan
penulisan berisikan hal-hal yang hendak dicapai dalam pembahasan yang akan
dilakukan. Berikut adalah tujuan penulisan makalah
dampak penanggulangan sampah plastik bagi lingkungan.
1.
Mengetahui pengertian dari sampah, terutama sampah plastik dan
bagaimana sejarahnya.
2.
Mengetahui jenis-jenis plastik yang digunakan.
3.
Mengetahui jenis-jenis sampah.
4.
Mengetahui dampak dari sampah plastik bagi lingkungan dan
kesehatan.
5.
Mengetahui cara mengatasi ataupun menanggulangi sampah plastik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sampah
Secara
terbatas yang dimaksud dengan sampah adalah tumpukan bahan bekas dan sisa
tanaman (daun, sisa sayuran, sisa buangan lain), atau sisa kotoran hewan atau
benda-benda lain yang dibuang. Dalam pengertian yang luas, sampah diartikan
sebagai benda yang dibuang, baik yang berasal dari alam ataupun dari hasil
proses teknologi (Reksosoebroto, 1990).
Sampah ialah
segala zat padat atau semi padat yang terbuang atau yang sudah tidak berguna,
baik yang dapat membusuk atau yang tidak dapat membusuk kecuali zat-zat buangan
atau kotoran yang keluar dari tubuh manusia (Wasito, 1970).
Sampah ialah
bahan buangan sebagai akibat aktifitas manusia dan binatang, yang merupakan
bahan yang sudah tidak penting lagi sehingga dibuang sebagai barang yang sudah
tidak berguna lagi (Sudarso, 1985).
Sampah organik
meliputi sampah semi basah berupa bahan-bahan organik yang umumnya berasal dari
sektor pertanian dan makanan misalnya sisa dapur, sisa makanan, sampah sayuran
dan kulit buah yang kesemuanya mudah membusuk (Murtadho, 1988).
Penanganan
sampah yang baik akan memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan manusia dan
lingkungan. Manfaat lain penanganan sampah yang baik adalah menurunkan 90%
angka kehidupan lalat menurunkan 90% angka kehidupan tikus menurunkan 30% angka
kehidupan nyamuk, menurunkan 70% angka kerusakan jembatan dan menurunkan 90%
angka kerusakan pipa bangunan. Keuntungan pembuangan sampah yang dapat
diperoleh dari pengelolaan sampah yang baik dapat dilihat dari beberapa segi
yaitu dari segi sanitasi, menjamin tempat kerja yang bersih, mencegah tempat
berkembang biaknya vektor hama penyakit dan mencegah pencemaran lingkungan
termasuk timbulnya pengotoran sumber air. Dari segi ekonomi mengurangi biaya
perawatan dan pengobatan sebagai akibat yang ditimbulkan sampah. Tempat kerja
yang bersih akan meningkatkan gairah kerja dan akan menambah produktivitas
serta efisiensi pekerja, menarik banyak tamu atau pengunjung, mengurangi
kerusakan sehingga mengurangi biaya perbaikan. Dari segi estetika,
menghilangkan pemandangan tidak sedap dipandang mata menghilangkan timbulnya
bau–bauan yang tidak enak, mencegah keadaan lingkungan yang kotor dan tercemar.
Penanganan sampah yang baik akan memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan
manusia dan lingkungan (Reksosoebroto, 1990).
Pelaksanaan pengelolaan
sampah meliputi beberapa phase penyelenggaraan, dan pada phase pembuangan akhir
terdiri dari beberapa macam metode, yaitu phase penyediaan atau phase
penampungan, phase pengumpulan dan pengangkutan, dan phase pembuangan.
Macam-macam metode pembuangan akhir adalah pembuangan sampah terbuka, pembuangan
sampah dalam badan air, pembuangan sampah dirumah-rumah bersama air kotor masuk
ke instalasi pembuangan air kotor dengan didahului pemotongan sampah, pembuangan
sampah dengan cara diolah menjadi kompos, pembuangan sampah melalui instalasi
pembakaran (Wasito, 1970).
Semakin maju
tingkat budaya masyarakat maka semakin komplek sumber sampah dan dalam
kehidupan sehari-hari dikenal beberapa sumber sampah yaitu dari rumah tangga,
daerah pemukiman, daerah perdagangan daerah industri, daerah peternakan, daerah
pertanian, daerah pertambangan dan dari jalan (Azwar, 1995).
Sampah adalah
sisa-sisa bahan yang telah mengalami perlakuan baik karena telah diambil bagian
utamanya atau karena pengolahan dan sudah tidak bermanfaat sedangkan jika
ditinjau dari sosial ekonomi sudah tidak ada harganya dan dari segi lingkungan
dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan kelestarian (Hadiwiyoto, 1983).
Sampah
plastik merupakan sampah yang dapat didaur ulang menjadi barang-barang yang
berguna bahkan menjadi barang yang bernilai bila dikerjakan oleh orang-orang
yang berkreatifitas, contoh sampah plastik itu seperti bungkus makanan ringan,
bungkus ditergen, botol air mineral dan lain-lain. Nama plastik mewakili ribuan
bahan yang berbeda sifat fisis, mekanis, dan kimia. Secara garis besar plastik
dapat digolongkan menjadi dua golongan besar, yakni plastik yang bersifat thermoplastic dan yang bersifat thermoset. Thermoplastic dapat dibentuk kembali dengan mudah dan diproses
menjadi bentuk lain, sedangkan jenis thermoset
bila telah mengeras tidak dapat dilunakkan kembali. Plastik yang paling umum
digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah dalam bentuk thermoplastic. Plastik juga merupakan bahan anorganik buatan yang
tersusun dari bahan-bahan kimia yang cukup berbahaya bagi lingkungan. Limbah
daripada plastik ini sangatlah sulit untuk diuraikan secara alami. Untuk
menguraikan sampah plastik itu sendiri membutuhkan kurang lebih 80 tahun agar
dapat terdegradasi secara sempurna. Oleh karena itu penggunaan bahan plastik
dapat dikatakan tidak bersahabat ataupun konservatif bagi lingkungan apabila
digunakan tanpa menggunakan batasan tertentu. Sedangkan di dalam kehidupan
sehari-hari, khususnya kita yang berada di Indonesia, penggunaan bahan plastik
bisa kita temukan di hampir seluruh aktivitas hidup kita. Padahal apabila kita
sadar, kita mampu berbuat lebih untuk hal ini yaitu dengan menggunakan kembali
(reuse) kantung plastik yang disimpan
di rumah. Dengan demikian secara tidak langsung kita telah mengurangi limbah
plastik yang dapat terbuang percuma setelah digunakan (reduce). Atau bahkan lebih bagus lagi jika kita dapat mendaur ulang
plastik menjadi sesuatu yang lebih berguna (recycle).
Sumber-sumber sampah yang ada di permukaan bumi ini dapat berasal dari beberapa
sumber berikut :
1.
Pemukiman penduduk
Sampah di suatu
pemukiman biasanya dihasilkan oleh satu atau beberapa keluarga yang tinggal
dalam suatu bangunan atau asrama yang terdapat di desa atau di kota. Jenis
sampah yang dihasilkan biasanya sisa makanan dan bahan sisa proses pengolahan
makanan atau sampah basah (garbage), sampah kering (rubbsih), perabotan rumah
tangga, abu atau sisa tumbuhan kebun (Dainur, 1995).
2.
Tempat umum dan
tempat perdagangan
Tempat umum adalah
tempat yang memungkinkan banyak orang berkumpul dan melakukan kegiatan termasuk
juga tempat perdagangan. Jenis sampah yang dihasilkan dari tempat semacam itu
dapat berupa sisa-sisa makanan (garbage), sampah kering, abu, sisa bangunan,
sampah khusus, dan terkadang sampah berbahaya.
3.
Sarana layanan
masyarakat milik pemerintah
Sarana layanan
masyarakat yang dimaksud disini, antara lain, tempat hiburan dan umum, jalan
umum, tempat parkir, tempat layanan kesehatan (misalnya rumah sakit dan
puskesmas), kompleks militer, gedung pertemuan, pantai empat berlibur, dan
sarana pemerintah lain. Tempat tersebut biasanya menghasilkan sampah khusus dan
sampah kering.
4.
Industri berat dan
ringan
Dalam pengertian ini
termasuk industri makanan dan minuman, industri kayu, industri kimia, industri
logam dan tempat pengolahan air kotor dan air minum,dan kegiatan industri
lainnya, baik yang sifatnya distributif atau memproses bahan mentah saja.
Sampah yang dihasilkan dari tempat ini biasanya sampah basah, sampah kering,
sisa-sisa bangunan, sampah khusus dan sampah berbahaya.
5.
Pertanian Sampah
dihasilkan dari tanaman dan binatang.
Lokasi pertanian
seperti kebun, ladang ataupun sawah menghasilkan sampah berupa bahan-bahan
makanan yang Universitas Sumatera Utara telah membusuk, sampah pertanian,
pupuk, maupun bahan pembasmi serangga tanaman (Chandra, 2007).
2.2 Sejarah Plastik
Sejak
tahun 1950-an plastik menjadi bagian penting dalam hidup manusia. Plastik
digunakan sebagai bahan baku kemasan, tekstil, bagian-bagian mobil dan
alat-alat elektronik. Dalam dunia kedokteran, plastik bahkan digunakan untuk
mengganti bagian-bagian tubuh manusia yang sudah tidak berfungsi lagi. Pada
tahun 1976 plastik dikatakan sebagai materi yang paling banyak digunakan dan
dipilih sebagai salah satu dari 100 berita kejadian pada abad ini.
Plastik
pertama kali diperkenalkan oleh Alexander Parkes pada tahun 1862 di sebuah
ekshibisi internasional di London, Inggris. Plastik temuan Parkes disebut
parkesine ini dibuat dari bahan organik dari selulosa. Parkes mengatakan bahwa
temuannya ini mempunyai karakteristik mirip karet, namun dengan harga yang
lebih murah. Ia juga menemukan bahwa parkesine ini bisa dibuat transparan dan
mampu dibuat dalam berbagai bentuk. Sayangnya, temuannya ini tidak bisa
dimasyarakatkan karena mahalnya bahan baku yang digunakan. Pada akhir abad
ke-19 ketika kebutuhan akan bola biliar meningkat, banyak gajah dibunuh untuk
diambil gadingnya sebagai bahan baku bola biliar. Pada tahun 1866, seorang
Amerika bernama John Wesley Hyatt, menemukan bahwa seluloid bisa dibentuk
menjadi bahan yang keras. Ia lalu membuat bola biliar dari bahan ini untuk
menggantikan gading gajah. Tetapi, karena bahannya terlalu rapuh, bola biliar
ini menjadi pecah ketika saling berbenturan. Bahan sintetis pertama buatan
manusia ditemukan pada tahun 1907 ketika seorang ahli kimia dari New York
bernama Leo Baekeland mengembangkan resin cair yang ia beri nama bakelite.
Material baru ini tidak terbakar, tidak meleleh dan tidak mencair di dalam
larutan asam cuka. Dengan demikian, sekali bahan ini terbentuk, tidak akan bisa
berubah. Bakelite ini bisa
ditambahkan ke berbagai material lainnya seperti kayu lunak. Tidak lama
kemudian berbagai macam barang dibuat dari bakelite,
termasuk senjata dan mesin-mesin ringan untuk keperluan perang. Bakelite juga digunakan untuk keperluan
rumah tangga, misalnya sebagai bahan untuk membuat isolasi listrik. Rayon, suatu modifikasi lain dari
selulosa, pertama kali dikembangkan oleh Louis Marie Hilaire Bernigaut pada
tahun 1891 di Paris. Ketika itu ia mencari suatu cara untuk membuat sutera
buatan manusia dengan cara mengamati ulat sutera. Namun, ada masalah dengan rayon temuannya ini yaitu sangat mudah
terbakar. Belakangan masalah ini bisa diatasi oleh Charles Topham.
Tahun
1920 ditandai dengan demam plastik. Wallace Hume Carothers, ahli kimia lulusan Universitas Harvard
yang mengepalai DuPont Lab, mengembangkan nylon yang pada waktu itu disebut
Fiber 66. Fiber ini menggantikan bulu binatang untuk membuat sikat gigi dan
stoking sutera. Pada tahun 1940-an nylon, acrylic, polyethylene, dan polimer
lainnya menggantikan bahan-bahan alami yang waktu itu semakin
berkurang. Inovasi penting lainnya dalam plastik yaitu
penemuan polyvinyl chloride (PVC) atau vinyl. Ketika mencoba
untuk melekatkan karet dan metal, Waldo Semon, seorang ahli kimia di perusahaan
ban B.F. Goodrich menemukan PVC. Semon juga menemukan bahwa PVC ini adalah
suatu bahan yang murah, tahan lama, tahan api dan mudah dibentuk. Pada
tahun 1933, Ralph Wiley,
seorang pekerja lab di perusahaan kimia Dow, secara tidak sengaja menemukan
plastik jenis lain yaitu polyvinylidene chloride atau populer
dengan sebutan saran. Saran pertama kali digunakan untuk peralatan militer,
namun belakangan diketahui bahwa bahan ini cocok digunakan sebagai pembungkus
makanan. Saran dapat melekat di hampir setiap perabotan seperti mangkok,
piring, panci, dan bahkan di lapisan saran sendiri. Tidak heran jika saran
digunakan untuk menyimpan makanan agar kesegaran makanan tersebut
terjaga.
Pada
tahun yang sama, dua orang ahli kimia organik bernama E.W. Fawcett dan R.O. Gibson yang bekerja di
Imperial Chemical Industries Research Laboratory menemukan polyethylene.
Temuan mereka ini mempunyai dampak yang amat besar bagi dunia. Karena bahan ini
ringan serta tipis, pada masa Perang Dunia II bahan ini digunakan sebagai
pelapis untuk kabel bawah air dan sebagai isolasi untuk radar. Pada tahun
1940 penggunaan polyethylene sebagai bahan isolasi mampu
mengurangi berat radar sebesar 600 pounds atau sekitar 270 kg. Setelah perang
berakhir, plastik ini menjadi semakin populer.
Saat
ini polyethylene digunakan untuk membuat botol minuman, jerigen,
tas belanja atau tas kresek, dan kontainer untuk menyimpan
makanan. Kemudian pada tahun 1938 seorang ahli kimia bernama Roy Plunkett menemukan teflon.
Sekarang teflon banyak digunakan untuk melapisi peralatan memasak sebagai bahan
anti lengket. Selanjutnya, seorang insinyur Swiss bernama George de Maestral sangat
terkesan dengan suatu jenis tumbuhan yang menggunakan ribuan kait kecil untuk
menempelkan dirinya. Lalu pada tahun 1957 de Maestral meniru tumbuhan tersebut
untuk membuat Velcro atau perekat dari bahan nylon.
2.3
Jenis-jenis Plastik
Di
setiap kemasan plastik yang sering kita jumpai ada bermacam – macam jenis
plastik pasti terdapat berupa simbol atau kode yang perlu kita ketahui
sebelumnya untuk digunakan kembali. Kode ini dikeluarkan oleh The Society of Plastic Industry pada
tahun 1998 di Amerika Serikat dan diadopsi oleh lembaga-lembaga pengembangan
sistem kode, seperti ISO (International
Organization for Standardization).
Secara umum simbol
atau kode pengenal plastik tersebut seperti:
1. Berada atau
terletak di bagian bawah
2. Berbentuk segitiga
3. Di dalam segitiga
tersebut terdapat angka
4. Serta nama jenis
plastik di bawah segitiga
5. Simbol atau kode
ini timbul dipermukaan plastik
Lalu
kode ini terdiri dari 7 jenis yang masing – masingnya tentu memiliki jenis
plastik yang berbeda – beda untuk digunakan. Berikut adalah contoh dan jenis
kode plastik:
1.
PETE atau PET (Polythylene
Terephthalate)
Biasa dipakai untuk
botol plastik transparan atau tembus pandang seperti botol air mineral dan
hampir semua botol minuman lainnya. Botol ini direkomendasikan hanya sekali pakai. Bila
terlalu sering diisi ulang, apalagi digunakan untuk menyimpan air hangat atau
panas, akan mengakibatkan lapisan polimer pada botol tersebut akan meleleh dan
mengeluarkan zat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker) dalam jangka panjang.
2.
HDPE (High Density Polythylene)
Biasa dipakai untuk
kemasan susu, jus, tas belanja (kantong kresek). HDPE memiliki sifat bahan yang
lebih kuat, keras, buram dan lebih tahan terhadap suhu tinggi, dan merupakan
salah satu bahan plastik yang aman untuk digunakan karena kemampuan untuk
mencegah reaksi kimia. Sama seperti PET, HDPE juga direkomendasikan hanya untuk sekali pemakaian karena pelepasan
senyawa antimoni trioksida terus meningkat seiringnya waktu.
3.
PVC (Polyvinyl Chloride)
Jenis plastik ini
termasuk yang paling sulit didaur ulang. Plastik ini biasa digunakan untuk
perangkat hardware, mainan anak-anak, kemasan farmasi, minyak sayur, dan
kebersihan lainnya. Reaksi yang terjadi antara PVC dengan makanan yang dikemas
dengan plastik ini berpotensi berbahaya untuk ginjal, hati dan berat badan.
Sebaiknya kita mencari alternatif pembungkus makanan lain (bukan bertanda 3 dan
V) seperti plastik yang terbuat dari polietilena atau bahan alami (daun pisang
misalnya).
4.
LDPE (Low Density Polyethylene)
Plastik ber-tipe
cokelat (thermoplastic atau dibuat
dari minyak bumi), biasa dipakai untuk tempat plastik sampah, tempat penyimpanan
makanan, dan botol-botol yang lembek. Sifat jenis plastik LDPE yaitu kuat, agak
tembus cahaya, fleksibel dan permukaan agak berlemak, pada suhu di bawah 60
derajat Celsius, sangat resisten terhadap senyawa kimia, daya proteksi terhadap
uap air tergolong baik, kurang baik bagi gas-gas yang lain seperti oksigen, plastik
ini dapat didaur ulang, baik untuk barangbarang yang memerlukan fleksibilitas
tetapi kuat, dan memiliki resistensi yang baik terhadap reaksi kimia. Barang
berbahan LDPE ini sulit dihancurkan, tetapi tetap baik untuk tempat makanan
karena sulit bereaksi secara kimiawi dengan makanan yang dikemas dengan bahan
ini.
5.
PP (Polypropylene)
Karakteristiknya
adalah transparan yang tidak jernih atau berawan, lebih kuat dan ringan dengan
daya tembus uap yang rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil
terhadap suhu tinggi dan cukup mengkilap. Jenis PP (polypropylene) ini adalah pilihan bahan plastik terbaik, terutama
untuk tempat makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan, botol minum
dan yang terpenting botol minum untuk bayi. Carilah dengan kode angka 5 bila
membeli barang berbahan plastik untuk menyimpan kemasan berbagai makanan dan
minuman.
6.
PS (Polystyrene)
PS (polystyrene) ditemukan tahun 1839 oleh
Eduard Simon seorang apoteker dari Jerman dengan secara tidak sengaja. PS biasa
dipakai sebagai bahan tempat makan styrofoam,
tempat minum sekali pakai, dan lain-lain. Polystyrene
merupakan polimer aromatik yang dapat mengeluarkan bahan styrene ke dalam
makanan ketika makanan tersebut bersentuhan. Selain tempat makanan, styrene juga bisa didapatkan dari asap
rokok, asap kendaraan dan bahan konstruksi gedung. Bahan ini harus dihindari,
karena selain berbahaya untuk kesehatan otak, mengganggu hormon estrogen pada
wanita yang berakibat pada masalah reproduksi, dan pertumbuhan dan sistem
syaraf, juga karena bahan ini sulit didaur ulang. Pun bila didaur ulang, bahan
ini memerlukan proses yang sangat panjang dan lama. Bahan ini dapat dikenali
dengan kode angka 6, namun bila tidak tertera kode angka tersebut pada kemasan
plastik, bahan ini dapat dikenali dengan cara dibakar (cara terakhir dan
sebaiknya dihindari). Ketika dibakar, bahan ini akan mengeluarkan api berwarna
kuning-jingga, dan meninggalkan jelaga.
7.
Polycarbonate
Untuk jenis plastik
ini dibagi menjadi 4 jenis, yaitu SAN – styrene acrylonitrile, ABS –
acrylonitrile butadiene styrene, PC – polycarbonate, dan Nylon. Plastik ini
dapat ditemukan pada tempat makanan dan minuman seperti botol minum olahraga,
suku cadang mobil, alat-alat rumah tangga, komputer, alat-alat elektronik, dan
plastik kemasan. SAN dan ABS memiliki resistensi yang tinggi terhadap reaksi
kimia dan suhu, kekuatan, kekakuan, dan tingkat kekerasan yang telah
ditingkatkan. Biasanya terdapat pada mangkuk mixer, pembungkus termos, piring,
alat makan, penyaring kopi, dan sikat gigi, sedangkan ABS biasanya digunakan
sebagai bahan mainan lego dan pipa. Plastik dengan jenis 7 yaitu SAN dan ABS
merupakan salah satu bahan plastik yang sangat baik untuk digunakan dalam
kemasan makanan ataupun minuman.
2.4 Dampak Dari Sampah
Plastik Bagi Lingkungan Dan Kesehatan
Akibat
dari semakin bertambahnya tingkat konsumsi masyarakat serta aktivitas lainnya
maka bertambah pula limbah yang dihasilkan. Limbah yang ditimbulkan dari
aktivitas dan konsumsi masyarakat sering disebut limbah domestik atau sampah.
Limbah tersebut menjadi permasalahan lingkungan karena kuantitas maupun tingkat
bahayanya mengganggu kehidupan makhluk hidup lainnya.
Permasalahan
limbah plastik di Indonesia telah memasuki tahap yang sangat mengkhawatirkan.
Diperkirakan lebih dari 100 miliar kantong plastik digunakan oleh masyarakat
tiap tahunnya dan kebanyakan limbah plastik tersebut tidak dikelola atau diolah
secara benar. Limbah plastik sangat sulit sekali terurai secara sempurna oleh
tanah karena prosesnya membutuhkan waktu yang lama. Dibutuhkan waktu 1000 tahun
agar plastik dapat terurai oleh tanah secara terdekomposisi atau terurai dengan
sempurna. Ini adalah sebuah waktu yang sangat lama. Saat terurai,
partikel-partikel plastik akan mencemari tanah dan air tanah. Jika
dibakar, sampah plastik akan menghasilkan asap beracun yang berbahaya bagi
kesehatan yaitu jika proses pembakaranya tidak sempurna, plastik akan mengurai
di udara sebagai dioksin. Senyawa ini sangat berbahaya bila terhirup manusia.
Dampaknya antara lain memicu penyakit kanker, hepatitis, pembengkakan hati,
gangguan sistem saraf dan memicu depresi. Partikel hasil uraian plastik juga
beresiko mencemari lingkungan. Pencemaran lingkungan akibat limbah plastik akhirnya
menjadi sebuah konsekuensi yang harus ditanggapi serius terutama oleh
masyarakat sebagai pihak yang sangat berperan dalam permasalahan ini. Plastik
merupakan benda anorganik dan non-biodegradable yang terbuat dari
bahan-bahan kimia yang dapat mencemari lingkungan. Bahan-bahan kimia inilah
yang membuat limbah plastik berbahaya bagi kelestarian lingkungan. Limbah
plastik mengandung Polychlorinated Biphenyl atau PCB sehingga membuat limbah
plastik sulit terurai. Selain itu jika limbah plastik termakan oleh hewan dan
tanaman maka hewan dan tanaman tersebut beracun sehingga berbahaya bagi
keberlangsungan rantai makanan. Limbah plastik yang terurai di dalam tanah akan
menghasilkan partikel-partikel yang bisa mencemari air dan tanah. Tanah menjadi
tidak subur karena banyak hewan pengurai, misal cacing tanah yang terbunuh
akibat partikel-partikel tersebut, air di dalam tanah tidak bisa mengalir
lancar, dan menghalangi sirkulasi udara di dalam tanah. Kantong plastik juga
penyebab banjir, karena menyumbat saluran-saluran air, tanggul. Sehingga
mengakibatkan banjir bahkan yang terparah merusak turbin waduk. Diperkirakan,
500 juta hingga satu miliar kantong plastik digunakan di dunia tiap tahunnya.
Jika sampah-sampah ini dibentangkan maka, dapat membukus permukaan bumi
setidaknya hingga 10 kali lipat. Setiap tahun, sekitar 500 milyar – 1 triliyun
kantong plastik digunakan di seluruh dunia. Diperkirakan setiap orang
menghabiskan 170 kantong plastik setiap tahunnya. Lebih dari 17 milyar kantong
plastik dibagikan secara gratis oleh supermarket di seluruh dunia setiap
tahunnya. Kantong plastik mulai marak digunakan sejak masuknya supermarket di
kota-kota besar. Limbah plastik juga berperan dalam pemanasan global sehingga
terjadi perubahan iklim yang ekstrem. Sejak dari proses produksi plastik sampai
dengan pembuangan, plastik telah menghabiskan banyak energi dan mengemisi gas
rumah kaca ke astmosfer dan penipisan lapisan ozon.
Kegiatan
produksi plastik membutuhkan sekitar 12 juta barel minyak dan 14 juta pohon
setiap tahunnya. Proses produksinya sangat tidak hemat energi. Pada tahap
pembuangan di lahan penimbunan sampah (TPA), sampah plastik mengeluarkan gas
rumah kaca. Jika limbah plastik dibakar juga akan menghasilkan gas
karbondioksida sehingga mengakibatkan polusi pada udara dan pemanasan global. Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa sampah
plastik sangat merugikan lingkungan sekitar kita, berikut ini adalah alasan
ataupun bukti-bukti yang telah diungkapkan untuk meyakinkan uraian diatas:
1.
Para ilmuwan memperkirakan
bahwa setiap mil persegi lautan mengandung sekitar 46.000 lembar plastik yang
mengambang di dalamnya (United Nations Environment Programme).
2.
Dalam keadaan yang
baik, dengan kepadatan tinggi, polyethylene membutuhkan waktu lebih
dari 20 tahun untuk terurai. Dalam keadaan kurang ideal (tempat pembuangan
sampah misalnya), butuh waktu lebih dari 500 tahun bagi plastik untuk terurai
(ScienceLearn.org).
3.
Diperkirakan
3.960.000 ton kantong plastik, karung dan pembungkus lain dihasilkan setiap
tahunnya. Dari mereka, 3.570.000 ton (90%) dibuang. Jumlahnya meningkat hampir
tiga kali lipat dibandingkan tahun 1980, sekitar 1.230.000 ton (Environmental
Protection Agency).
4.
Menurut data
dari Ocean Conservancy's annual International Coastal Cleanups, kantong
plastik secara konsisten termasuk dalam 10 puing-puing sampah paling banyak
yang dikumpulkan di pantai di seluruh dunia.
5.
Tingkat dekomposisi
yang sangat lambat dari kantong plastik membuat mereka mengambang di laut
selama bertahun-tahun. Menurut Algalita Marine Research
Foundation, kantong plastik menyebabkan kematian banyak hewan laut (ikan,
penyu, dll), tiap tahunnya karena hewan mengira plastik adalah makanan.
6.
Ketika plastik
terdekomposisi, mereka tidak terbiodegradasi, melainkan fotodegradasi. Ini
berarti bahan-bahan pembentuk plastik terpecah menjadi fragmen yang lebih kecil
dan menyebarkan racun. Mereka kemudian mencemari tanah, jalur air, dan saluran
pencernaan hewan (Earth911).
7.
10% dari plastik yang
diproduksi setiap tahun di seluruh dunia berakhir di laut. 70% diantaranya
tenggelam ke dasar laut, di sana, mereka cenderung tidak terurai (PBB).
Sampah-sampah yang
mencemari laut utara Jakarta membuat kualitas air laut menurun. (www.utarakanjakarta.com)
2.5
Upaya Penanggulangan
Sampah Plastik
Plastik merupakan material
yang sangat akrab dalam kehidupan manusia. Kemajuan teknologi plastik membuat
aktivitas produksi plastik terus meningkat. Hampir setiap produk menggunakan
plastik sebagai kemasan atau bahan dasar. Material plastik banyak digunakan
karena memiliki kelebihan dalam sifatnya yang ringan, transparan, tahan air,
serta harganya relatif murah dan terjangkau oleh semua kalangan masyarakat.
Segala keunggulan ini membuat plastik digemari dan banyak digunakan dalam
hampir setiap aspek kehidupan manusia. Akibatnya jumlah produk plastik yang
akan menjadi sampah pun terus bertambah. Limbah plastik yang umum ditemukan di
tempat pembuangan sampah antara lain botol minuman dan deterjen yang termasuk
jenis PET, dan kantong plastik. Jumlah kantong plastik di TPA terus menumpuk
karena tidak terlalu diminati karena memiliki nilai jual yang rendah.
Kantong-kantong plastik ini tidak mudah terurai sehingga hanya akan terus
menumpuk dan bertambah di TPA.
Oleh karena itu
diperlukannya suatu solusi tepat yang bukan hanya mengurangi penggunaan kantong
plastik karena selama masih diijinkan untuk digunakan maka kantong plastik itu
akan terus ada dan bertambah. Limbah kantong plastik yang menumpuk di TPA dapat
menjadi peluang dan jika diolah dengan benar dapat menjadi sumber daya. Pengembangan
proses pengolahan kantong plastik dilakukan melaui eksperimentasi untuk membuka
peluang pemanfaatan kantong plastik dengan penerapan teknologi sederhana,
murah, dan nyata. Eksperimen juga mencakup eksplorasi sifat dan karakteristik
kantong plastik yang unik untuk diaplikasikan menjadi produk bernilai tinggi
sehingga dapat menaikkan nilai dari limbah kantong plastik. Berbagai macam
dampak limbah plastik tersebut tentunya akan membawa ancaman lebih besar jika
tidak segera diatasi. Solusinya bukanlah melarang
penggunaan kantong plastik. Kebijakan semacam itu justru akan memantik berbagai
kontra yang justru akan menggagalkan pemecahan masalah. Beralih menggunakan
kantong kertas juga sebaiknya jangan dijadikan solusi, sebab, proses produksi
kantong kertas justru mengorbankan lingkungan. Bayangkan saja berapa banyak
pohon yang harus ditebang, energi yang harus digunakan untuk memproduksinya. Terdapat
berbagai macam cara untuk mengatasi limbah plastik, diantaranya yaitu reuse, reduce, dan recycle limbah plastik.
Penggunaan atau pemanfaatan
kembali limbah plastik (reuse) dapat
menjadi salah satu upaya pengelolaan limbah plastik secara benar sekaligus
hemat biaya, waktu, energi, dan sumber daya. Limbah plastik tersebut digunakan
lagi sesuai dengan fungsi sebelumnya atau dengan fungsi yang berbeda. Pilih
barang plastik yang masih bisa digunakan dan jangan gunakan barang plastik yang
sekali pakai (disposable). Reduce yaitu upaya pengurangan
penggunaan material-material atau bahan-bahan yang dapat menghasilkan limbah
plastik, misalnya hindari penggunaan barang atau benda yang sekali pakai, pilih
barang atau benda yang dapat didaur ulang, dan yang dapat diisi ulangi.
Sedangkan recycle atau daur ulang
merupakan upaya mengatasi limbah plastik dengan cara mengolah kembali limbah
plastik sehingga memiliki banyak fungsi dan bernilai ekonomis. Proses daur
ulang pada limbah plastik biasanya dimulai dari pengumpulan sampah, penyortiran
sampah, pembersihan sampah, kemudian proses pengolahan atau produksi untuk
menjadi material baru. Untuk bisa didaur ulang limbah plastik harus memenuhi
beberapa persyaratan terlebih dahulu, misalnya limbah bersifat homogen, sudah
berbentuk sesuai dengan kebutuhan, tidak teroksidasi, dan tidak terkontaminasi.
Biasanya daur ulang pada
limbah plastik dilakukan oleh industri. Saat ini 80% lebih jenis limbah plastik
bisa didaur ulang walaupun terdapat penggunaan zat tambahan agar material hasil
daur ulang lebih berkualitas. Bahaya limbah plastik bisa diminimalisasi jika
kita semua ikut berperan aktif dalam mengelola limbah plastik dengan baik dan
benar, misalnya dengan cara menerapkan prinsip 3R (reuse, reduce, dan recycle)
dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu ada
solusi yang sudah diterapkan oleh beberapa negara, diantaranya pada tahun 2001
di Irlandia menerapkan kebijakan pajak plastik (PlasTax). Awalnya, ketika
kebijakan ini diterapkan, memang masih ada orang-orang yang menggunakan kantong
plastik. Solusi berbasis pasar ini akhirnya berhasil menekan penggunaan
kantong plastik ketika nominal pajak plastik cukup membebani. Dalam sebuah
studi yang dilakukan oleh Departemen Lingkungan Irlandia, ditemukan bahwa
penggunaan kantong plastik telah turun hingga 93,5 persen. Penggunaan kantong
plastik menurun dari 328 menjadi 21 kantong per orang setiap tahun. Kebijakan kantong
plastik berbayar mulai diterapkan di Indonesia pada 21 Februari 2016 bertepatan
dengan Hari Peduli Sampah Nasional (HSPN). Kebijakan ini merupakan upaya yang
dilakukan pemerintah untuk menekan jumlah sampah plastik di Indonesia. Disisi
lain, kebijakan ini juga untuk menghemat penggunaan APBN negara. Selama ini
banyak sekali biaya yang telah dikeluarkan pemerintah untuk menangani
permasalahan limbah plastik tersebut. Jadi mulai saat ini plastik yang kita
gunakan telah memiliki anggaran biaya sendiri untuk biaya pengolahan dan
penanggulangannya dari biaya yang kita keluarkan sendiri. Menurut saya ini
adalah langkah yang baik agar kita dapat mengurangi penggunaan plastik
kedepannya dan mengubah trend atau
pola perilaku masyarakat, karena hal ini juga akan berdampak baik bagi
lingkungan dan dana APBN yang sebelumnya digunakan untuk mengatasi permasalahan
sampah plastik tersebut bisa digunakan untuk kepentingan negara yang lain.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan merupakan suatu
jawaban dari tujuan penulisan makalah dampak penanggulangan sampah plastik bagi
lingkungan. Berikut adalah kesimpulan dalam penulisan makalah dampak
penanggulangan sampah plastik bagi lingkungan.
1.
Sampah adalah suatu kondisi dimana suatu barang atau zat yang
sudah tidak lagi digunakan yang berada pada tempat yang tidak seharusnya. Plastik
terdiri dari zat-zat berbahaya yang apabila dibuang tidak bisa terurai begitu
saja oleh alam. Oleh karena itu sampah palstik akan memberikan dampak negatif
bagi lingkungan apabila tidak ditanggulangi dengan cepat, baik dan benar.
2.
Jenis-jenis plastik ada tujuh yaitu PETE atau
PET (Polythylene Terephthalate), HDPE
(High Density Polythylene), PVC (Polyvinyl Chloride), LDPE (Low Density Polyethylene), PP (Polypropylene), PS (Polystyrene), dan Polycarbonate.
3.
Jenis sampah ada dua yaitu sampah organik dan anorganik.
4.
Dampak dari sampah plastik yaitu pemanasan global, mencemari tanah, jalur air, dan
saluran pencernaan hewan, membuat biota di perairan mati dan merusak ekosistem baik
tanah maupun air. Selain itu juga bisa menimbulkan kerugian sosial seperti
banjir dan tanah longsor serta berbagai macam penyakit.
5.
Cara mengatasi ataupun menanggulangi sampah plastik yaitu dengan
cara 3R yaitu reuse, reduce dan recycle. Selain itu juga dengan
menggunakan program plastik berbayar yang telah dilakukan yang diharapkan dapat
merubah pola perilaku masyarakat mengurangi penggunaan plastik.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar A, 1995. Pengantar
Ilmu Kesehatan Lingkungan, PT. Mutiara sumber Widya, Jakarta.
Chandra, Dr. Budiman. 2007.
Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
Dainur, 1995. Materi-materi
Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Widya Medika.
Hadiwiyoto, S. (1983).
Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Yayasan Idayu. Jakarta.
Murtadho, D dan Said, E.G.
1988. Penanganan Pemanfaatan Limbah Padat. Jakarta: Sarana Perkasan.
Reksosoebroto, S.
1990. Hygiene dan Sanitasi. APK-TS. Jakarta.
Sudarso. Pembuangan Sampah,
Proyek Pengemangan Pendidikan Tenaga Sanitasi Pusat-Pusat Pendidikan Tenaga
Kesehatan, Departemen Kesehatan. 1985.
Wasito, Sidik.1970.
Sanitasi Pembuangan Sampah, Jakarta.
Komentar
Posting Komentar