Apakah bahan bakar bisa dihasilkan dari kulit buah,
biji-bijian, jerami atau limbah kayu? Harapannya, produk limbah pertanian dan
kehutanan yang berlimpah, di masa depan dapat menggantikan minyak bumi.
Biomassa sebenarnya tersedia di setiap sudut jalan. Potongan
dahan bisa diolah menjadi 'pelet' bahan bakar. Dedaunan yang gugur diproses
menjadi pupuk. Tapi di seluruh dunia berton-ton sampah organik dibuang begitu
saja. Contohnya ampas kelapa sawit setelah minyaknya dipress keluar.
"Hanya bijinya yang dimanfaatkan. Lainnya dibuang. Dan
setiap 5 tahun seluruh pohon kelapa sawit dibuang," ujar Stefan Schöll,
manajer pabrik perusahaan termokimia PYTEC di Hamburg.
"Sungguh disayangkan," lanjutnya. Limbah produk
pertanian dan kehutanan itu padahal dapat dipress melalui proses khusus.
Hasilnya minyak pirolisis, yang dapat diproses lebih lanjut menjadi bahan
bakar.
Pengembangan
kemampuan mesin
Kini perusahaan di Hamburg itu tengah menyempurnakan cara
untuk menggunakan minyak pirolisis secara langsung di instalasi pembangkit
listrik dan energi panas, atau di lokasi yang tak memiliki biomassa.
Bersama pabrik mesin Amerika, Caterpillar, para peneliti
mengembangkan mesin berbahan bakar minyak pirolisis tadi.
"Kami baru mampu mengembangkan mesin berdaya kerja 1000
jam. Dalam satu tahun, sistem injeksi bahan bakar harus diganti 8 kali. Kami
ingin menemukan materi baru yang tahan lama seperti pada operasi mesin diesel
normal," ungkap Schöll.
Dari sampah menjadi bahan bakar masa depan. Ini juga yang
menjadi salah satu fokus penelitian Universitas Ilmu Terapan HAW Hamburg.
Jelantah, plastik, minyak berat - semua diproses jadi bahan
bakar minyak di laboratorium. Banyak bahan, yang dapat menggantikan minyak bumi
sebagai bahan bakar berkelanjutan untuk jangka panjang.
"Secara global, kebutuhan bahan bakar mencapai 100
Exajoule," ujar Thomas Willner, dosen HAW Hamburg. "Kalau angka ini
bisa dipertahankan dan tidak meningkat di negara-negara seperti India dan Cina,
kita punya kesempatan dengan biomassa berkelanjutan, untuk memenuhi kebutuhan
ini."
Masih diperlukan solusi untuk mengatasi membengkaknya
permintaan negara berkembang. Metode baru sebenarnya punya potensi besar.
Tinggal menunggu pengembangan instalasi yang bisa mengolah biomassa secara
efisien dalam skala besar.
Komentar
Posting Komentar